Potensi dan Pertumbuhan Merdeka
Saat ini, Merdeka memilih mengambil alih operasi tambang yang potensinya bagus. Keberhasilan selanjutnya ditentukan antara lain oleh orang-orang terbaiknya.
KAMP Baganite tampak lengang hari itu. Sudah setengah tahun terakhir kamp yang berada di punggung Gunung Pani, Gorontalo, ini hanya dihuni empat orang yang antara lain bertugas menjaga genset, mengurusi air, dan memasak. Pandemi membuat kamp di bawah Proyek Emas Pani praktis dikosongkan. Semula, cukup banyak aktivitas di kamp yang berada sekitar 30 kilometer arah utara dari Kota Marisa, ibu kota Kabupaten Pohuwato. Ada sekitar lima puluh karyawan yang bekerja di sana setiap sifnya, mulai mengurusi ore, pemetaan, lingkungan, sampai logistik.
Setelah kamp ditutup, kegiatan karyawan pun berubah. Tenaga teknis seperti para geolog, misalnya, diperbantukan ke site lain milik Grup Merdeka di Banyuwangi maupun Wetar. Yang masih bertahan beralih fungsi, yang semula tenaga medis, misalnya, ikut mengurusi administrasi di kantor Marisa—yang masih mempekerjakan sepuluh orang.
Pandemi bukanlah alasan tunggal berkurangnya kegiatan di Baganite. Belum tuntasnya perundingan Merdeka dengan J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) sampai kwartal ketiga 2021 membuat Usaha Patungan Pani tidak bisa berjalan sesuai rencana awal. Jauh sebelumnya, Merdeka berniat menggarap IUP Pani yang mengandung sumber daya mineral atas 89,5 juta ton pada kadar emas 0,82 g/t untuk 2,37 juta ons emas secara terpisah. Serupa dengan itu, PSAB melalui anak perusahaannya, Gorontalo Sejahtera Mining (GSM), juga ingin mengembangkan secara terpisah Proyek Pani yang mengandung sumber daya mineral atas 72,7 juta ton pada kadar emas 0,98 g/t untuk 2,3 juta ons emas di lokasi yang berdekatan. Di atas kertas, penggabungan dua proyek akan menguntungkan dua pihak, cadangan mineral akan lebih besar karena tidak terkendala pemeliharaan pit wall. Sayangnya, perundingan tidak berjalan lancar, bahkan harus berlanjut sampai arbitrase di Singapura.
Titik terang perubahan pada awal Oktober 2021 mulai terjadi ketika GSM dibeli oleh Andalan Bersama Investama, anak perusahaan Provident Indonesia—yang antara lain dimiliki oleh para pemegang saham penting di Grup Merdeka. Dengan situasi terbaru ini, Grup Merdeka bisa melakukan perencanaan yang lebih komprehensif yang bisa mengoptimalkan hasil.
Di Baganite, perubahan akan tiba setelah pergantian. Rencananya, akan ada sejumlah kegiatan baru. Diperkirakan, ada 200 orang yang akan bekerja di kamp ini untuk tahap awal. Dengan kata lain, Baganite menggeliat lagi.
Mulainya lagi aktivitas di Pani adalah kabar menggembirakan bagi Merdeka. Sebelumnya, hanya site Banyuwangi dan Wetar yang praktis sudah beroperasi penuh. Dengan prospek besar Pani, pertumbuhan yang merupakan salah satu nilai penting perusahaan menjadi makin konkret.
Presiden Direktur Grup Merdeka Albert Saputro menyebutkan bahwa perusahaan selalu terbuka dan mencari potensi baru. Untuk Operasi Emas Tujuh Bukit, misalnya, Merdeka mengambil alih kepemilikan tambang Tujuh Bukit dari perusahaan yang sebelumnya sudah melakukan eksplorasi tetapi tidak bisa melanjutkan pengembangan. Begitu pula dengan Operasi Tembaga Wetar, yang semula adalah tambang emas—perusahaan sebelumnya tidak tertarik mengembangkan potensi tembaga di dalamnya. Merdeka kemudian masuk ke pulau di Maluku Barat Daya itu dan menjalankan Operasi Tembaga Wetar, lalu memperpanjang usia penambangannya dengan membuat proyek AIM (Acid, Iron, Metal). Langkah ini diambil karena banyak sisa mineral yang masih bisa dikembangkan untuk memiliki nilai tambah, salah satunya adalah pirit—bahan baku baterai. Untuk proyek ini, Merdeka menggandeng pihak yang kompeten, Eternal Tsingshan Group Limited, dan membuat perusahaan gabungan PT Merdeka Tsingshan Indonesia (MTI).
Merdeka memang lebih mencari sesuatu yang sudah tergambar potensinya. Merdeka tidak melakukan eksplorasi dari awal, karena potensi greenfield di Indonesia sendiri sudah sangat sedikit. Eksplorasi geologi di Indonesia sudah dilakukan sejak lama. Eksplorasi Freeport misalnya sudah dilakukan sejak zaman penjajahan Belanda. Sebelum Merdeka berdiri, sudah banyak yang mengeksplorasi mineral logam di hampir semua pelosok Indonesia.
Jalur yang dipilih Merdeka untuk mengembangkan diri memang berbeda dari perusahaan-perusahaan tambang pada masa-masa silam. Dahulu, lazim sebuah perusahaan membiayai sekian banyak eksplorasi dan tidak bermasalah jika sekian banyak pula yang gagal asalkan bisa menemukan satu sumber daya yang benar-benar juara.
“Kami memilih aset-aset yang bagus. Sejauh ini, yang ada dalam portofolio Merdeka sudah membuktikan kejelian kami. Potensi tembaga di Tujuh Bukit itu sekelas Freeport dan Batu Hijau. Kami juga melihat tren peningkatan yang signifikan pada kendaraan listrik di masa depan, karena itu kami mengembangkan Proyek AIM untuk mendukung pengembangan industri kendaraan listrik di dalam negeri,” kata Albert.
Saat ini, Merdeka memiliki empat wilayah operasi dengan potensinya masing-masing, yaitu Pani, Tujuh Bukit Underground Project, Wetar, dan regional area Bumi Suksesindo (BSI).
Dengan memiliki wilayah-wilayah potensial ini, Geology Manager BSI, Suyud Nugroho, berpendapat bahwa perusahaan harus bisa meningkatkan eksplorasi lanjutan karena kegiatan inilah kunci keberlangsungan perusahaan tambang. Agar eksplorasi lanjutan sejalan dengan visi, misi, dan pengembangan bisnis perusahaan, harus ada sumber daya manusia dan peralatan yang memadai. “Kita harus bisa mengelola data-data lama dengan bantuan software geologi terbaru,” kata Suyud.
Selain itu, menurut Suyud, perusahaan harus berani menginvestasikan modalnya untuk pengembangan sumber daya manusia. Kemampuan karyawan harus ditingkatkan. Ahli-ahli geologi Merdeka perlu melakukan site visit ke area-area tambang lain di luar Merdeka untuk menambah wawasan dan pengalaman. “Merdeka mesti memastikan memiliki geolog yang kompeten dan tersertifikasi,” kata Suyud.
Underground mining atau penambangan bawah tanah merupakan masa depan BSI dan Merdeka. Cadangan porfiri di Tujuh Bukit terhitung masif, sumber daya bijih yang tereka mencapai 1,9 miliar ton dan mengandung 8,7 juta ton tembaga dan 28 juta ons emas. Sejak 2018 hingga saat ini, sudah dilakukan studi terhadap potensi ini. Terowongan telah dibangun sepanjang 1.800 meter. Melalui terowongan ini, perusahaan mengambil sampel batuan untuk dianalisis. Kedalaman pengeboran mencapai 1.000 meter. “Saat ini masih prastudi kelayakan,” kata M. Hafid Rahadi, Porphyry Study Project Geologist BSI.
Saat ini, kedalaman terowongan dinilai sudah cukup. Fokus pekerjaan adalah mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari bawah tanah. Data inilah yang menjadi penentu arah rencana penambangan di Tujuh Bukit ke depan. Menurut Hafid, ada enam rig dari Indodrill yang beroperasi saat ini. Jumlah ini dirasa masih kurang sehingga Underground Mining Department berencana menambahnya menjadi 12 unit tahun depan. Penambahan rig ini penting karena menyangkut percepatan pengumpulan data. Semakin cepat data diperoleh, semakin cepat pula proyek ini bisa mencapai tahap selanjutnya, yakni studi kelayakan.
Albert Saputro meyakini bahwa Merdeka pasti akan bertahan dan terus berkembang karena mempunyai aset yang bagus dan produktif, bisa meningkatkan produksi dengan kompetitif, dan bisa menekan biaya operasi. “Contoh yang sangat menguntungkan adalah penggunaan metode heapleach yang membuat biaya produksi menjadi relatif rendah dibandingkan pertambangan emas lain,” katanya.
Selain itu, Merdeka, melalui Operasi Tembaga Wetar, bisa dibilang adalah perusahaan satu-satunya yang mengekspor tembaga, bukan sebagai konsentrat yang masih perlu diolah lagi, tetapi sebagai lempengan tembaga. “Dengan begitu nilai jualnya menjadi tinggi,” kata Albert. “Praktis, tembaga dari Wetar adalah barang jadi. Lempengan tembaga itu bisa langsung diproses, dilelehkan untuk berbagai keperluan sesuai kebutuhan.”
Alasan lain yang membuat Albert percaya diri adalah Merdeka selalu mencari orang-orang terbaik untuk bisa mengelola setiap operasi tambang. Itu sebabnya ada proyek yang dioperasikan sendiri dan ada yang bermitra. Karena Merdeka punya pengalaman di Operasi Tujuh Bukit, misalnya, semua bisa ditangani sendiri. Namun, untuk Proyek AIM, pilihan terbaik adalah bergabung bersama yang ahli.
Orang-orang terbaik yang direkrut Merdeka tak terbatas pada mereka yang bekerja di bidang teknis. Menurut Titien Supeno, Direktur Human Resources Merdeka, perusahaan memiliki karyawan-karyawan yang berdedikasi dan cakap. “Itu modal besar bagi perusahaan untuk tumbuh lebih baik,” kata Titien.