Skip links

Air

Pemantauan kualitas air di sepanjang Sungai Katak, wilayah sekitar Tambang Emas Tujuh Bukit di Banyuwangi, Jawa Timur. [Foto: M. Afan Arisandi/BSI]
Konservasi air merupakan komponen penting dalam pertambangan berkelanjutan. Pengelolaan dan penggunaan air, serta pemantauan kualitas air di operasi dan proyek grup Merdeka dilakukan dengan mematuhi peraturan yang berlaku, serta mempertimbangkan ancaman lingkungan secara global, kondisi lingkungan, dan masyarakat sekitar.

Melalui konsultasi dengan berbagai pemangku kepentingan, kami secara bertanggung jawab menggunakan air secara efisien dalam setiap operasi dan proyek pertambangan kami melalui pengumpulan air hujan, daur ulang air dan pencegahan pencemaran air. Terutama mengingat bahwa Tambang Emas Tujuh Bukit (Banyuwangi, Jawa Timur) dan Tambang Tembaga Wetar (Pulau Wetar, Maluku Barat Daya) berada di wilayah yang dianggap sebagai prioritas utama dalam kajian ketahanan iklim terkait air yang dilakukan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional bersama Low Carbon Development Indonesia. Status prioritas utama tersebut mewajibkan Tambang Emas Tujuh Bukit dan Tambang Tembaga Wetar melakukan kajian neraca air, supaya tidak terjadi kekurangan air bagi operasi tambang, lingkungan, dan masyarakat.

Dam tempat penampungan air di Tambang Emas Tujuh Bukit. [Foto: M. Afan Arisandi/BSI]
Pada 2021, Tambang Emas Tujuh Bukit dan Tambang Tembaga Wetar berhasil mempertahankan sistem air proses tertutup. Di kedua operasi tambang tersebut, setiap pelepasan air akibat kondisi tertentu—seperti curah hujan yang tinggi—dilakukan dengan jumlah minimum, sesuai standar pemerintah. Sementara di Tambang Tembaga Wetar penambahan air proses tidak melebihi 18.000 m3 per bulan.

Target pengelolaan air di Tambang Emas Tujuh Bukit adalah mempertahankan sistem air proses tertutup dan memanfaatkan air hujan untuk kegiatan lainnya, serta menghindari pengambilan air dari sumber-sumber di luar itu.

Untuk kebutuhan operasional—seperti pemrosesan bijih, penyiraman debu jalan, pencucian alat berat dan kendaraan ringan—Tambang Emas Tujuh Bukit hanya menggunakan air yang berasal dari kolam penampung air hujan; sama sekali tidak menggunakan air dari sungai atau badan air lain. Sementara untuk kebutuhan domestik—seperti fasilitas perkantoran dan akomodasi karyawan—Tambang Emas Tujuh Bukit memanfaatkan air tanah dari sejumlah sumur bor yang telah memiliki Surat Izin Pengambilan Air Tanah.

Kolam penampung air hujan di Tambang Emas Tujuh Bukit sangat efektif karena curah hujan yang tinggi di lokasi tambang (2.500 mm/tahun). Kelebihan air dialirkan ke tiga sungai melalui tiga titik penaatan, dengan terlebih dahulu ditampung dalam kolam kontrol untuk dipantau dan dikurangi sedimen yang ada di dalamnya. Pada satu titik penaatan yang menerima air dari beberapa kolam, air diolah di Detox Plant atau instalasi detoksifikasi untuk dihilangkan dari semua potensi kontaminan. Semua titik penaatan tersebut telah diatur dan mendapatkan izin dari pemerintah, serta dipantau secara berkala.

Pada 2021, penggunaan air di Tambang Emas Tujuh Bukit untuk kebutuhan operasional menurun 13,5% dibandingkan pada 2020, akibat adanya proses irigasi pelindian sejak 2020. Di sisi lain, intensitas air pada 2021 meningkat 9,7% menjadi 10,8 m3/oz emas, dibandingkan tahun sebelumnya (9,9 m3/oz emas), akibat kualitas bijih yang lebih rendah. Sementara itu, penggunaan air domestik di fasilitas perkantoran dan akomodasi karyawan, yang berasal dari sumur air tanah, meningkat 20,3%—dari 24,6 ML pada 2020 menjadi 29,6 ML pada 2021, seiring meningkatnya jumlah karyawan dan kontraktor.

Tambang Emas Tujuh Bukit mendaur ulang air limbah domestik di fasilitas pengolahan air limbah domestik, yang hasilnya digunakan untuk penyiraman debu jalan nontambang. Tambang Emas Tujuh Bukit juga mengoperasikan rangkaian pengolahan larutan sianida di fasilitas pelindian. Pada 2021, daur ulang air untuk pelindian bijih mineral lebih besar 30,4% dibandingkan 2020, akibat peningkatan volume bijih yang diolah.

Tambang Tembaga Wetar mengoperasikan rangkaian larutan tertutup pada fasilitas pelindiannya untuk mengekstraksi mineral tembaga dari bijih. Air yang dibutuhkan dipompa dari Sungai Lurang (dan volumenya dilaporkan setiap bulan).

Konsumsi air pada 2021 relatif sama dibandingkan 2020. Namun, intensitas konsumsi air 2021 menurun menjadi 7,69 m3/ton tembaga, 71,4% lebih rendah dibandingkan 26,87 m3/ton tembaga pada 2020. Penurunan intensitas air disebabkan kualitas bijih yang diolah pada 2021 lebih baik.

Tambang Tembaga Wetar merencanakan peningkatan kapasitas tampungan air dengan mengonversi lubang tambang Kali Kuning menjadi kolam penampung berpelapis bahan kedap air. Proyek ini telah disetujui oleh pemerintah pada Juli 2021 dan berhasil meningkatkan kapasitas massa neraca air. Rencana penambahan fasilitas pengolahan air dan peningkatan fasilitas penetral air terus dilaksanakan dari 2021 hingga 2022.

Jika pelepasan air permukaan terpaksa dilakukan dari sistem air proses rangkaian tertutup, air akan diolah di fasilitas penetral air sampai memenuhi baku mutu pemerintah. Sebelum dilepas ke alam, air ditampung di kolam untuk diperiksa supaya tidak melampaui baku mutu di titik penaatan.

Semua air permukaan dialirkan ke dalam kolam sedimen. Di setiap kolam utama terhadap titik penaatan, dengan pengukuran dan pemantauan rutin dilaksanakan sesuai AMDAL. Hasil pemantauan dilaporkan ke pemerintah setiap triwulan.

Tambang Tembaga Wetar juga memantau kualitas air di sungai-sungai dalam batas wilayah tambang dan air laut dekat muara sungai. AMDAL Tambang Tembaga Wetar telah mengidentifikasi proses mineralisasi alami yang terjadi di sepanjang Kali Kuning dan Sungai Wetuk—pH di kedua sungai tersebut secara alami lebih rendah dari ambang batas yang ditentukan pemerintah. Pemantauan sungai dan daerah pesisir dilaksanakan setiap triwulan oleh pihak ketiga; dan hasilnya dilaporkan ke pemerintah setiap triwulan.

Laporan Keberlanjutan

By using our website, you hereby consent to our Disclaimer and agree to all of its terms.