Skip links
Tim ERT BSI berlatih memadamkan kebakaran. [FOTO: BSI]

Tim Tanggap Darurat Tambang Emas Tujuh Bukit

Tim ERT adalah garda depan penanganan bencana di site. Namun, bakti mereka tak terbatas di dalam pagar operasi tambang.

Tugas Emergency Response Team  (ERT) PT Bumi Suksesindo tidak hanya di dalam site. Mereka juga harus siap menjadi sukarelawan apabila terjadi bencana di luar site, baik yang berada di area Banyuwangi maupun di luar Banyuwangi. Sampai hari ini, ERT PT BSI sudah turun di beberapa lokasi bencana, antara lain saat terjadi banjir di Songgon, banjir di Ringinagung, tsunami di Pandeglang, gempa di Palu, pula gempa di Aceh. Selama menjalani tugas luar, ERT membantu proses pengungsian, mendistribusikan sembako, membersihkan sisa-sisa kerusakan, dan lain-lain sesuai kebutuhan.

“Biasanya kami dikirim selama delapan hingga sepuluh hari, dengan delapan sampai enam belas orang,” kata Kapten ERT PT BSI, Edy Sunaryono, atau yang kerap dipanggil Yoyon.

Di setiap lokasi, ERT selalu bekerja di bawah koordinasi Badan Nasional Penanggulang Bencana. Tim yang dikirim dari Banyuwangi terbiasa menyisir titik-titik yang paling terdampak dan menyelamatkan korban yang terjebak di reruntuhan bangunan. Itu sebabnya anggota ERT tidak hanya paramedis, tetapi juga operator alat berat.

Menjadi seorang relawan artinya siap dihadapkan dengan kondisi yang berisiko tinggi. Cerita menarik sekaligus tantangan selama menjadi relawan dirasakan oleh tim, salah satunya saat menjadi relawan bencana gempa di Palu pada 2018 lalu. Saat berada di sana, tim sempat merasakan beberapa gempa susulan. ERT yang berangkat ke Lombok pada 2018 juga menjumpai pengalaman serupa mencicipi gempa susulan yang cukup menggentarkan hati. Selain itu, mereka sempat kehabisan perbekalan.

“Tantangannya lebih seperti uji nyali, sih. Ibaratnya, ketika semua orang lari menjauhi bencana, kami malah datang mendekat,” ujar Yoyon.

Menurut Yoyon, risiko harus dihadapi. Awalnya memang tidak mudah, termasuk meyakinkan keluarga yang sangat khawatir saat mereka berangkat ke lokasi bencana. Satu hal yang menguatkan hati ERT BSI adalah fakta bahwa sebagian anggotanya adalah warga lokal Banyuwangi yang pernah merasakan bencana secara langsung, sehingga ada solidaritas yang sudah terbangun dengan sendirinya.

Kecamatan Pesanggaran, wilayah PT BSI beroperasi, merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi rawan bencana. Bentang alam Pesanggaran yang cukup beragam, dari pesisir hingga perbukitan, menjadikan beberapa areanya berpotensi mengalami bencana, mulai banjir, longsor, hingga tsunami. Tsunami yang terjadi pada 1994 silam masih diingat jelas oleh masyarakat di Pesanggaran. Dari lima desa yang ada di Kecamatan Pesanggaran, empat di antaranya merupakan area rawan bencana, yaitu Sumberagung, Pesanggaran, Kandangan, dan Sarongan.

“Empat desa tersebut sudah membentuk tim tangguh bencana yang semua anggotanya siap menjadi relawan,” kata Anang Supriyadi, salah satu pegiat dan relawan Tagana.

Kesadaran dan sikap tanggap bencana memang harus dimiliki oleh semua masyarakat. Mulai mengenali tanda-tanda munculnya bencana, hingga mengetahui langkah mitigasi saat bencana datang.

Di sinilah, ERT memiliki peran sebagai fasilitator dalam program Kajian Risiko & Simulasi Bencana, yang salah satunya dilakukan pada awal 2020 lalu di Balai Desa Kandangan dan dilanjutkan di lereng bukit Dusun Sumberdadi untuk praktik lapangan. Pada pelatihan yang diselenggarakan Forum Pengurangan Risiko Bencana ini, ERT mengajarkan teknik sekaligus praktik langsung dalam hal pemindahan ke tempat yang aman untuk korban bencana longsor, seperti penggunaan tali-temali, tandu, dan proses pertolongan pertama. Yang menggembirakan, dalam setiap pelatihan, para peserta selalu menunjukkan antusiasme yang tinggi, sekalipun awalnya ada yang menganggap enteng materi pelatihan.

“Melalui pelatihan ini, para relawan diharapkan menjadi orang yang lebih tangguh, tanggap, dan tangkas,” kata Anang. Selain memberikan pelatihan kepada relawan yang notabene adalah orang dewasa, menurut Anang pelatihan juga sebaiknya ditujukan kepada anak-anak, karena mereka memiliki daya ingat dan rasa kepekaan yang tinggi. “Sadar bencana itu tanggung jawab dari berbagai pihak, baik dari pemerintah, masyarakat, juga badan usaha. Tiga pilar tersebut harus bersinergi dan seimbang,” tambah Anang. Karena itu, adanya pelatihan juga dapat meningkatkan kesiapsiagaan dari berbagai pihak.

“Harapannya ketika kembali ke masyarakat, kita bisa memberikan dampak positif dan turut andil dalam mengelola manajemen risiko,” kata Andi Jurito, salah seorang relawan asal Sumberagung.


Sebuah perusahaan tambang seperti BSI memang harus memiliki ERT. Tanpa kehadiran mereka, tambang tak boleh dioperasikan. Anggota ERT sendiri terdiri atas dari personel pilihan dari setiap departemen, dan dilatih khusus oleh BASARNAS (Badan SAR Nasional). Sehari-hari, jika tidak ada situasi darurat, mereka melakukan latihan dan olahraga. Selain itu, yang rutin mereka lakukan antara lain adalah mengawal pelaksanaan tes alarm dan shutdown, juga siaga jika ada kejadian yang memerlukan kesiagaan semisal ada longsor.

By using our website, you hereby consent to our Disclaimer and agree to all of its terms.