
Dari Pengalaman hingga Penghargaan Perdana: Dua Operator Perempuan Tambang Tembaga Wetar dalam Operator Champhionship 2025
Bekerja di Tambang Tembaga Wetar membawa Kristanty Lendert dan Yanti Maryana Pio pada banyak pengalaman pertama. Salah satunya adalah tampil pada 17-20 September 2025 di Operator Championship, bagian dari acara Mining Indonesia 2025 yang diadakan di Jakarta International Expo. Ajang unjuk keterampilan operator alat berat ini juga menjadi pengalaman pertama mereka menginjakkan kaki di Jakarta.
Perjalanan menuju ibu kota sendiri sudah menantang. Butuh belasan kalau bukan puluhan jam untuk mencapai Jakarta dari Pulau Wetar di ujung timur Indonesia, dengan dua kali transit di Atambua dan Kupang. Di Jakarta, tantangan lebih besar menanti.
Ajang ini bukan hanya menjadi kompetisi pertama mereka, tapi juga penampilan perdana mereka mengoperasikan eskavator di depan publik—selain di hadapan pelatih mereka. Sekalinya mampu mengoperasikan eskavator, mereka langsung harus bersaing dengan operator berpengalaman dari beragam perusahaan tambang.
Pasalnya, bukan eskavator yang sehari-hari mereka kemudikan, melainkan ADT atau articulated dump truck. Sejak mereka bergabung di Tambang Tembaga Wetar pada 2022, truk besar beroda enam itulah yang mereka kendarai, dengan sambungan engsel di tengah yang memungkinkan kendaraan itu berbelok lincah di medan sulit. Menguasai ADT juga termasuk rangkaian pengalaman pertama mereka. Sebelum mengikuti Mining Apprentice, program perekrutan operator perempuan lokal, mereka bahkan tidak bisa mengemudi kendaraan roda empat. Berbeda dari Kristanty, Yanti bahkan tak bisa mengendarai motor. Mobil yang pertama mereka kendarai justru alat berat yang belum tentu bisa dijalankan orang dengan SIM C atau A sekalipun.
Mereka percaya bahwa yang terpenting dalam bekerja adalah kemauan belajar, karena keterampilan bisa ditempa lewat latihan intensif. Ketika dipilih untuk mengikuti kompetisi di Jakarta, mereka seperti kembali ditantang untuk berlatih.
Sepanjang itu, di luar jam kerja, Kristanty dan Yanti ditempa oleh Muslik, Mining Trainer PT Batutua Tembaga Raya (BTR), satu dari dua perusahaan utama yang mengelola Tambang Tembaga Wetar. Tahapannya tak berbeda sebenarnya dari pelatihan biasanya. “Pertama di kelas dulu, memahami safety dan peralatan,” ujar Muslik. “Selanjutnya ke lapangan, mengenal sampai bisa mengoperasikan unit.”
Namun, “Waktunya sangat singkat, cuma lima belas hari,” ujar Yanti. “Tapi pelatih selalu mendukung, penuh percaya diri. Yang penting bisa menampilkan yang terbaik dalam kompetisi.”
Kiprah Tambang Tembaga Wetar dalam kompetisi nasional ini juga sangat berarti bagi Agus Satari, Training Supervisor BTR. “Selain membawa nama BTR,” ujar Agus, “kami ingin menunjukkan ke luar bahwa kami punya operator-operator yang andal.”
“Puji tuhan saya bisa mengikuti pelatihan dengan baik,” ujar Kristanty, berharap bisa menampilkan kemampuan terbaiknya bersama Yanti.
Foto pertama: Dari kiri, Agus Satari, Muslik, Yanti Maryana Pio, dan Kristanty Lendert. Foto kedua: Saat sesi pengenalan alat.
*
Jika hanya dalam ucapan, target Operator Championship 2025 ini mudah saja: memasukkan bola basket ke tiga jenis gawang: ring basket, drum oli terbuka, dan kotak kayu rendah seukuran laci meja kantor. Namun, praktiknya menuntut presisi tingkat tinggi, tak terkecuali bagi operator berpengalaman.
Setiap peserta mendapat jatah sepuluh bola basket yang ditaruh di atas kerucut lalu lintas alias cone di satu sisi eskavator. Dengan cakar atau bucket eskavator, bola-bola itu harus digaruk dari cone, diangkut dalam bucket, lalu dibawa dengan memutar lengan eskavator ke sisi sebaliknya, untuk dimasukkan gawang. Urutannya bebas. Siapa yang duluan memasukkan bola ke tiga gawang adalah pemenangnya atau yang menggolkan lebih banyak dalam rentang maksimal sepuluh menit. Sebelum sesi dinyatakan selesai, cakar eskavator wajib diletakkan ke posisi semula, yaitu di atas bantal berupa tumpukan karung goni.
“Gawang paling menantang itu yang kotak,” ujar Kristanty.
Senada, Yanti menambahkan, “Kotaknya kecil, kalau bola dimasukkan ke dalamnya, otomatis akan memantul.” Itu berarti bola akan menggelinding kembali ke aspal alias gagal gol.
Peserta bertanding berpasangan. Aba-aba wasit menandai awal permainan; melanggar prosedur bisa berujung kartu kuning. Sentuhan bucket ke gawang atau permukaan aspal pun dianggap pelanggaran. Sementara itu, kartu merah diberikan untuk kesalahan berat seperti merusak fasilitas, mengubah setelan alat, atau keluar dari area lomba. Pertandingan resmi berakhir saat tiga gawang berhasil diisi, dengan bucket dikembalikan ke posisi semula di atas bantal karung goni.
Peserta yang bertanding berpasangan akan mulai beraksi setelah aba-aba wasit. Itu satu dari sekian syarat terhindar dari kartu kuning. Syarat lain adalah selama beraksi, cakar eskavator tidak boleh menyentuh gawang dan permukaan aspal. Pelanggaran lainnya, yang diancam kartu merah, adalah merusak fasilitas, mengubah stelan alat, protes keras kepada wasit, atau bahkan membawa eskavator jalan-jalan ke luar area kompetisi.
Kompetisi berlangsung dengan format setengah kompetisi, yang memungkinkan setiap peserta bertemu satu kali dengan seluruh lawan, sehingga hasil akhirnya mencerminkan siapa yang paling konsisten sepanjang pertandingan. Babak penyisihan diselingi atraksi hiburan, demo, serta sesi duel bebas yang mempertemukan penantang sukarela.
Oleh karena peserta perempuan dari perusahaan lain mundur, Kristanty dan Yanti akhirnya menjadi dua peserta perempuan di antara delapan operator laki-laki. Mereka saling berhadapan, juga menghadapi lawan lain, dengan hasil yang berganti-ganti. Dalam satu sesi bebas, Kristanty berhasil mengalahkan operator dari perusahaan lain.
Selain sesi kompetisi utama, ada pula sesi Exhibition: seluruh peserta dibagi dua tim berisi lima orang, dipimpin oleh Kristanty dan Yanti. Formatnya estafet: tiap peserta memasukkan dua bola sebelum digantikan rekannya. Tim Yanti akhirnya unggul tipis atas tim Kristanty.
Meski tidak meraih juara utama, Yanti dan Kristanty menerima penghargaan Female Operator Pioneer. Bagi mereka, ini pencapaian berharga. Langsung meraih juara utama akan membuat mereka mengalami terlalu banyak “pengalaman pertama” dalam satu waktu. Keduanya sangat berterima kasih sudah dipercaya mewakili Wetar dalam ajang ini.
“Puji tuhan saya bisa menampilkan yang terbaik di lomba ini,” ujar Kristanty.
Bagi Agus Satari, yang bersama Muslik mendampingi Yanti dan Kristanty selama bertanding di Jakarta, itu yang terpenting. “Menang itu adalah bonus saja buat kita,” ujarnya.
Agus pun menceritakan rencana program di Tambang Tembaga Wetar, yang akan menjadikan operator perempuan sebagai pelatih generasi baru operator perempuan berikutnya. “Dan ke depan,” ujar Agus, “mereka bisa ikut lomba lagi yang lebih besar dari ini.”
Bagi Tambang Tembaga Wetar, partisipasi dua operator perempuan—yang juga merupakan warga lokal setempat—di kompetisi nasional ini merupakan prestasi membanggakan. Agus menambahkan, program pemberdayaan masyarakat lokal ini akan semakin diperluas ke bidang lainnya, mengingat masih banyak potensi-potensi yang bisa diasah dan dikembangkan dari warga lingkar tambang.
Kristanty dan Yanti pun bertekad sama: ingin kembali bertanding dengan membawa pelajaran dan pengalaman kali ini. Mereka sangat berterima kasih sudah dipercaya untuk mengikuti kompetisi ini, terutama kepada Jimmy Bob Soeroto, Kepala Teknik Tambang di Tambang Tembaga Wetar, yang sangat mendukung mereka, dan Boyke P. Abidin, Direktur Utama perusahaan-perusahaan pengelola Tambang Tembaga Wetar yang menyambut mereka dengan baik di Jakarta.
Pesan untuk operator perempuan lain?
“Kalau orang lain bisa, mengapa kita tidak bisa?” ujar Yanti. “Tunjukkan bahwa perempuan bisa mengoperasikan alat sebesar apa pun.”
*
Kristanty Lendert dan Yanti Maryana Pio di antara para operator lain, sejak bertanding hingga mendapat penghargaan.