Skip links
Suasana vaksinasi karyawan BKP-BTR di Pulau Wetar. [FOTO: Dino Musida/BKP-BTR]

Menguatkan Landasan Masa Depan Merdeka

Pandemi belum berakhir, tantangan operasional selalu hadir. Bagi Merdeka, pilihan satu-satunya adalah terus bergerak ke depan.

Dua belas bus besar merayap keluar dari gerbang Pos 6 site PT Bumi Suksesindo (BSI). Bus-bus itu berisi karyawan BSI dan anggota keluarga mereka. “Hari ini, kami akan ke RS Krikilan Glenmore untuk vaksinasi,” kata dr. R. Istiko Mahendra, dokter perusahaan, pada pertengahan Juni lalu.

Rombongan tiba di tujuan satu setengah jam kemudian. Mereka langsung menuju sisi barat rumah sakit. Di dalam sebuah tenda yang didirikan khusus untuk kegiatan vaksinasi ini,  pihak rumah sakit telah menyiapkan meja tempat pendaftaran berikut petugasnya. Meskipun ada ratusan orang yang datang, mereka tidak berkerumun karena kursi-kursi ditata dengan jarak lebih dari satu meter. Mereka juga harus memakai masker. Di tempat ini, orang-orang diminta menyerahkan KTP dan mengisi formulir pendaftaran.

Bagi yang tidak kebagian kursi, petugas meminta mereka menjauh, mengisi formulir di sekitar area tersebut. “Tetap jaga jarak, ya,” kata petugas rumah sakit melalui pengeras suara.

Di dalam gedung, para petugas pun telah menunggu. Mereka dibagi menjadi empat bagian menurut tugas masing-masing: bagian skrining, bagian penyuntikan, bagian pencetak sertifikat, dan bagian obat. Orang-orang yang sudah mengisi formulir segera beralih ke tempat skrining. Di sini, petugas mengukur tekanan darah peserta vaksinasi dan menanyakan riwayat kesehatannya. Apabila tidak ada kendala, mereka bisa disuntik vaksin lalu menerima sertifikat dan obat. Setiap orang diberi parasetamol setelah divaksin. Di Krikilan ini, para karyawan menerima vaksin AstraZeneca. Setelah penyuntikan tahap pertama ini, mereka akan disuntik lagi 12 minggu berselang.

Menurut dr. Istiko, BSI bekerja sama dengan beberapa instansi untuk vaksinasi karyawan, antara lain RS Bhakti Husada Krikilan, RS Ar Rohmah Jajag, RS Fatimah Banyuwangi, dan Kodim Banyuwangi. Perusahaan memanfaatkan kuota vaksin yang tidak terpakai lantaran sasarannya memiliki kontra indikasi, meninggal, tidak mau divaksin, atau telah pindah ke kota lain. “Kita menargetkan 95 persen karyawan tervaksin untuk mencapai herd immunity,” katanya.

Sementara itu, Ketua Satgas COVID-19 PT Bumi Suksesindo, Agus Purwanto, mengatakan bahwa berdasarkan data per 28 Juli 2021, sebanyak 2.582 orang sudah divaksin tahap pertama atau 63 persen dari target 4.099 orang. Selain itu, 20 orang sudah mendapatkan vaksin lengkap dua dosis. Para penerima vaksin terdiri atas karyawan, kontraktor, dan keluarganya. “Sebagian besar masih vaksinasi tahap pertama,” katanya. Meskipun demikian, Agus optimis target vaksinasi bakal segera tercapai karena vaksin Gotong Royong sudah datang.

Satgas BSI berharap vaksinasi ini bisa berkontribusi terhadap percepatan penciptaan kekebalan kelompok, khususnya di Pesanggaran. “Karena sebagian besar karyawan dan keluarganya tinggal di Pesanggaran,” kata Agus.

Vaksinasi di BSI merupakan tindak lanjut dari upaya sungguh-sungguh grup Merdeka menangani COVID-19 untuk para karyawan dan keluarganya. Selain dengan membentuk satgas di setiap anak perusahaan, Merdeka juga membentuk Vaccinee Comitte Meeting yang terdiri atas perwakilan perusahan induk dan setiap anak perusahaan. Komite ini bertugas mengupayakan vaksinasi, salah satunya dengan turut serta dalam Vaksin Gotong Royong, program vaksin pemerintah yang didanai badan usaha dan badan hukum secara mandiri. Namun, dari vaksin yang dipesan untuk kebutuhan 6.668 orang, Merdeka hanya mendapat 2.000 dosis vaksin untuk vaksinasi lengkap terhadap 1.000 orang. Oleh karena itu, komite perlu mendistribusikannya dengan saksama, menyesuaikan dengan kondisi setiap site.

Di Kabupaten Pohuwato, Gorontalo, fasilitas kesehatan yang ditunjuk untuk menangani vaksinasi Puncak Emas Tani Sejahtera (PETS) sampai batas waktu yang ditentukan pada awal Juli 2021 tidak berhasil memperoleh akun aplikasi P-Care dari Dinas Kesehatan Provinsi. Aplikasi BPJS Kesehatan yang digunakan untuk mendata penerima vaksin COVID-19 itu merupakan salah satu syarat pengiriman vaksin Gotong Royong oleh Biofarma yang mengimpor dan mendistribusikan vaksin. Untungnya, vaksinasi oleh pemerintah daerah Gorontalo sudah berjalan. Komite vaksin Merdeka kemudian mengarahkan agar 40 karyawan PETS mengakses vaksinasi tersebut. Bagaimanapun, menyegerakan vaksinasi jauh lebih baik daripada menunggu. Vaksin yang tidak bisa dikirim ke PETS tersebut dialihkan untuk anak perusahaan lain.

Situasi Banyuwangi berbeda. Program vaksinasi pemerintah daerah sudah berjalan. Bahkan sejumlah rumah sakit di Banyuwangi masih memiliki cukup banyak vaksin yang tidak terpakai dan sudah mendekati masa kedaluwarsa. Kuota vaksin itulah yang kemudian digunakan BSI. Menimbang kondisi tersebut, komite vaksin Merdeka memutuskan untuk mengirim lebih banyak vaksin ke Batutua Kharisma Permai dan Batutua Tembaga Raya (BKP-BTR) di Pulau Wetar, Maluku Barat Daya. Lokasinya di pelosok Indonesia, membuat akses BKP-BTR terhadap vaksin lebih terbatas.

Pada 4 Juli 2021, Biofarma mengirim 2.000 dosis vaksin pesanan Merdeka ke tiga lokasi fasilitas layanan kesehatan yang bekerja sama dengan Merdeka. Sebanyak 176 dosis vaksin yang bisa digunakan untuk 88 karyawan BSI ke Banyuwangi; 1.600 dosis vaksin (800 karyawan) untuk BKP-BTR di Wetar, dan 224 dosis vaksin (112 karyawan) untuk kantor pusat Merdeka di Jakarta. Vaksinasi Gotong Royong diprioritaskan untuk karyawan yang pekerjaannya menuntut interaksi lebih intens dengan banyak pihak.

Di kantor pusat Merdeka, vaksinasi Gotong Royong dosis pertama dilakukan mulai 8 Juli 2021. Selain mengandalkan vaksin Gotong Royong, karyawan kantor pusat Merdeka juga mengakses vaksin dari berbagai program pemerintah DKI Jakarta. Pada 28 Juli 2021, 199 dari 242 karyawan kantor pusat Merdeka tercatat sudah divaksin, baik melalui vaksinasi Gotong Royong maupun jalur lain. Besoknya, karyawan kantor pusat Merdeka mulai menerima vaksinasi Gotong Royong dosis kedua.

Sementara itu, BKP-BTR telah melakukan vaksinasi dosis pertama selama sepekan sejak 16 Juli 2021 kepada seluruh karyawan dan kontraktor. Vaksinasi tersebut dilakukan oleh tim paramedis Klinik BKP-BTR, bekerja sama dengan Rumah Sakit Siloam Kupang dan Puskesmas Lurang. Menurut Hotmonang F. Sitanggang, Senior Manager Commercial & Human Resources BKP-BTR, dan dr. Agus Juanda di Klinik BKP-BTR, pada 29 Juli 2021, semua vaksin Gotong Royong dari Merdeka untuk 800 orang sudah digunakan—bahkan belum mencukupi karena total penerima vaksin di BKP-BTR adalah 1.548 orang, yang terdiri atas karyawan dan kontraktor di site. Vaksinasi dosis kedua akan dilakukan pada 6 Agustus 2021. Saat ini, BKP-BTR juga mendapat tambahan 42 dosis vaksin dari yang tidak digunakan di kantor pusat Merdeka di Jakarta.

Di Pohuwato, 37 dari total 44 karyawan PETS per 26 Juli 2021 sudah divaksin melalui program vaksinasi pemerintah daerah. Sepuluh di antaranya telah memperoleh vaksinasi lengkap sebanyak dua dosis. Sementara 27 lainnya sudah memperoleh vaksin dosis pertama. Tinggal 7 karyawan yang belum memperoleh vaksin. Dua orang di antaranya merupakan penyintas COVID-19 yang harus menunggu paling tidak tiga bulan setelah dinyatakan negatif untuk bisa divaksin, satu orang memiliki komorbid atau penyakit penyerta yang perlu didiagnosa lebih lanjut untuk bisa divaksin. Selebihnya sedang menunggu vaksinasi di daerah domisili masing-masing.

Merdeka terus mengupayakan pengadaan vaksin bagi setiap karyawannya, memantau proses vaksinasi di setiap anak perusahaan, dan mengedukasi pentingnya vaksinasi ke seluruh pemangku kepentingan terkait. Vaksinasi sangatlah penting karena akan menguntungkan karyawan, begitu pula perusahaan karena dapat menjaga keberlangsungan operasionalnya. Selain itu, lingkungan perusahaan juga diuntungkan karena semakin banyak warga yang telah divaksin.

Para pekerja Proyek Tembaga Tujuh Bukit melakukan pengeboran dan mengambil sampel batuan sebagai bahan analisis untuk studi kelayakan. [FOTO: Anggung Setiawan/BSI]
Di area operasi, BSI masih meneruskan memperbaiki pelataran heap leach yang anjlok pada September tahun lalu. Mesin-mesin compact terus memadatkan tanah, membuat penopang (buttress) untuk alas pelindian (leach pad) yang kokoh, dan para pekerja konstruksi giat memasang lembar pelapis liner geo-membrane pada bagian pad yang telah padat. Para pekerja lainnya menyambung pipa-pipa irigasi sekaligus membuat stasiun pompa untuk menyalurkan air ke area heap leach.

Pembangunan buttress tersebut berlangsung di area Pad A dan Pad B. Menurut Kepala Departemen HLO (Heap Leach Operation), Hariadhi Anjar Kusuma, buttress berfungsi memperkuat kestabilan lereng saat ore ditumpuk lagi di tempat tersebut. Selain itu, tim konstruksi juga memasang piezometer: instrumen geoteknik untuk mengukur kadar air. Dengan alat tersebut, kejadian anjlok diharapkan bisa dimitigasi lebih awal. Saat ini, masih tersisa 6 dari 16 alat yang akan dipasang. “Perbaikan di heap leach dilakukan dalam beberapa fase dengan memprioritaskan kebutuhan operasional agar proses produksi tetap berjalan dengan lancar,” kata Anjar.

Selain perbaikan di Pad A dan Pad B, perusahaan juga sedang mempercepat pembangunan tempat penampungan cairan lindian yang baru, yaitu PLS (pregnant leach solution) dan ILS (intermediate leach solution). Secara umum, kegiatan perbaikan tersebut sudah berjalan sesuai dengan rencana produksi yang telah ditargetkan perusahaan. Yang menjadi tantangan terbesar adalah pada saat musim hujan tiba, sementara kolam PLS dan ILS belum jadi. Dengan keadaan seperti itu, proses recovery gold akan terhambat sebab terdelusi oleh air hujan di area leach pad. Dalam kondisi sseperti ini, butuh usaha lebih untuk memastikan produksi tetap berjalan sesuai target.

Sebagai tambahan, perusahaan juga sedang mengurus izin perluasan leach pad (Pad C). “Total capaian perbaikan leach pad sudah mencapai 63 persen,” kata Anjar.

Sementara itu, proyek underground masih pada tahapan studi prakelayakan. Para pekerja masih mengambil sampel-sampel untuk dianalisis. Pengeboran dilakukan dengan kedalaman berbeda-beda hingga kedalaman maksimal 1.000 meter. Melalui kegiatan ini diharapkan segera terkonfirmasi kandungan mineral, khususnya emas dan tembaga, di bawah tanah. “Kalau dihitung sampai start produksi, proyek underground masih 20 persen,” kata Porphyry Study Project Geologist BSI, M. Hafid Rahadi.

Hafid melanjutkan, kondisi batuan yang lunak di bawah tanah menjadi kendala utama yang menghambat laju perkembangan proyek. “Sejauh ini masih on the track,” katanya. Namun, ada kemungkinan rentang waktu perkembangan proyek bisa lebih panjang dari rencana karena target dibuat berdasarkan proyek yang batuannya lebih keras sedangkan batuan di Tumpang Pitu sangat lunak.

Panjang terowongan saat ini telah mencapai 1.800 meter. Kegiatan pembuatan terowongan telah dihentikan sejak pertengahan 2020. Sesuai rencana, penambahan kedalaman terowongan akan dilanjutkan lagi tahun depan dengan syarat data yang dibutuhkan di kedalaman saat ini telah mencukupi.


Cerita dari site Tujuh Bukit di Banyuwangi adalah salah satu dari sekian tantangan operasional yang dihadapi Merdeka Copper Gold pada tahun ini. Dan, Merdeka memilih terus bergerak maju. Pada akhir kuartal pertama 2021, kabar baik itu datang, salah satunya melalui perubahan susunan direksi Merdeka yang memunculkan pemimpin baru.

Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Merdeka pada 25 Mei 2021 di Jakarta, Merdeka mengangkat Albert Saputro sebagai Presiden Direktur baru, menggantikan Tri Buwono yang mengundurkan diri. Dalam usia yang sangat muda, 35 tahun, Albert dipercaya untuk membawa Merdeka ke jenjang yang lebih tinggi. Albert sendiri bukan orang baru dalam lingkungan Merdeka. Lima tahun terakhir, ia turut mengelola investasi Merdeka melalui PT Saratoga Investama Sedaya Tbk, salah satu shareholder terbesar Merdeka. “Sudah saatnya saya terjun langsung,” ujar Albert. Ia ingin berperan menjadi jembatan bagi banyak pihak, dan sangat optimistis dengan Merdeka.

Kabar baik lain dari Merdeka adalah kinerjanya yang kian meningkat. Pada kuartal pertama 2021, Merdeka berhasil meraih pendapatan US$ 46,55 juta, yang sebagian besar dihasilkan dari peningkatan produksi emas dan tembaga oleh anak-anak perusahaan Merdeka.

Produksi emas pada kuartal pertama 2021 berhasil mencapai 16.585 ounce, naik signifikan dibandingkan 5.355 ounce—jumlah produksi pada kuartal keempat 2020. Pada April, bulan pertama kuartal kedua 2021, proses penumpukan bijih baru pada area Pad B di BSI menyebabkan produksi emas bulan itu menurun, dari sekitar 5.000 ounce pada bulan sebelumnya menjadi sekitar 4.000 ounce. Namun, setelah proses penumpukan bijih tersebut selesai, produksi emas setiap bulannya langsung meningkat drastis, sehingga total produksi emas pada kuartal kedua 2021 berhasil mencapai 37.779 ounce—lebih dari dua kali lipat produksi emas pada kuartal pertama 2021.

Sementara itu, produksi tembaga pada kuartal pertama 2021 berhasil mencapai 2.489 ton, dua kali lipat lebih banyak daripada produksi kuartal keempat 2020, yaitu 1.017 ton. Produksi tembaga pada kuartal kedua 2021 terus bertumbuh setiap bulan. Total produksi tembaga pada kuartal kedua 2021 mencapai 5.003 ton—lebih dari dua kali lipat produksi pada kuartal pertama 2021. Kenaikan bertahap secara signifikan ini tentu merupakan kabar baik bagi Merdeka.

Mulai kuartal ketiga 2021, Merdeka akan terus meningkatkan produksi emas dan tembaganya, demi mencapai total target produksi emas 2021, yaitu antara 100.000–120.000 ounce emas dan 14.000–17.000 ton tembaga. Dengan begitu, pada akhir 2021, Merdeka optimis meningkatkan pendapatannya, lebih daripada tahun sebelumnya.


Selain menangani masalah operasional, Merdeka terus mengembangkan proyek-proyek yang akan meningkatkan kinerja perusahaan demi mencapai visinya untuk menjadi perusahaan tambang terkemuka di Indonesia.

Selaku anak perusahaan Merdeka, BSI hingga saat ini masih terus mengumpulkan data untuk menyusun studi prakelayakan tambang tembaga bawah tanah atau yang biasa disebut proyek underground. Potensi bijih yang berada di bawah pit A Tujuh Bukit ini tidak main-main, bisa mencapai 1,9 miliar ton, yang terdiri atas 8,7 juta ounce tembaga dan 28,3 juta ounce emas. Kandungan bijih kelas dunia itu bisa disandingkan dengan tembaga Bukit Hijau di Sumbawa dan Grasberg di Timika.

Proses eksplorasi tersebut, yang diawali dengan pembangunan infrastuktur dan pengeboran yang diselesaikan pada Juni 2020, dilakukan untuk meneliti jumlah, bentuk, dan kadar kandungan bijih—seberapa tinggi kadar tembaganya, apa saja mineral ikutannya, dan sejauh mana mineral ikutan itu turut menambah nilai ekonominya, dan tak kalah penting, bagaimana mengangkutnya. Semakin banyak data yang dihasilkan, semakin banyak landasan untuk merencanakan metode penambangan yang paling tepat, termasuk mengukur kebutuhan infrastukturnya. Dilakukan pula perekaman kondisi eksisting lingkungan pesisir pantai yang akan menjadi dasar bagi aktivitas monitoring lingkungan di masa depan.

Perhatian BSI juga jatuh pada proses pemisahan mineral tembaga, emas, dan mineral lainnya dari bijih yang ditambang. Oleh karena struktur batuan bawah tanah berbeda dari batuan oksida di permukaan, maka diperkirakan metode ekstraksi mineral tambang bawah tanah ini akan berbeda dari metode pelindian (heap leach) yang sekarang dilakukan pada tambang terbuka Tujuh Bukit.

Rencananya, pengolahan bijih akan dilakukan melalui proses penghancuran, penggilingan, pengapungan, dan pengeringan. Proses ini bertujuan memisahkan tembaga, emas, dan mineral berharga lainnya dari bijih. Sisa proses pemisahan ini disebut tailing, material berupa pasir halus sisa pengolahan bijih. Biasanya, tailing ditampung di bendungan khusus atau Tailings Storage Facility (TSF). Tailing yang sudah diendapkan di kolam pengendapan  material padat di bendungan tersebut akan diolah terlebih dahulu di instalasi pengelola limbah, sebelum akhirnya, bila sudah aman dari bahan kimia berbahaya, dialirkan ke sungai. Metode lain penempatan tailing adalah Deep Sea Tailing Placement (DSTP), yaitu penempatan tailing pada laut dalam dengan menggunakan pipa. Gravitasi dan arus dalam laut akan menahan tailing tersebut tetap berada di dasar laut dalam. Air laut dalam memiliki tingkat oksigen terlarut yang rendah sehingga menghambat kemungkinkan terjadinya reaksi kimia tailing.

Saat ini, BSI sedang mempertimbangkan metode penempatan tailing mana yang paling tepat dan aman bagi lingkungan. Hasil studi prakelayakan tersebut direncanakan selesai pada akhir 2021, untuk diajukan ke pemerintah demi mendapatkan izin operasi.


Di Morowali, Sulawesi Tengah, Merdeka akan memulai pengembangan dari operasi yang sudah berjalan, ditandai dengan rampungnya studi kelayakan Proyek Acid, Iron, Metal (AIM). Proyek ini merupakan inovasi lebih lanjut dari perusahaan penambang dan pengolah tembaga Batutua Kharisma Permai dan Batutua Tembaga Raya (BKP-BTR).

Seperti di operasi Tujuh Bukit, BKP selaku perusahaan yang menambang tembaga juga menerapkan tambang terbuka atau open pit. BKP juga menggunakan metode pelindian atau heap leach untuk mengekstrak kandungan tembaga. Tembaga yang sudah diekstrak itulah yang selama ini dipindahkan ke BTR untuk diolah menjadi lempengan tembaga.

Namun, setelah diteliti lebih mendalam, ternyata tidak semua kandungan mineral bisa diekstrak di pelindian tersebut. Batuan halus atau ore yang ditumpuk di pelindian ternyata masih mengandung mineral sisa bernilai ekonomi, salah satunya pirit—bahan baku baterai. Hal ini membuka kesempatan baru untuk mengekstrak tumpukan ore sisa di pelindian itu yang akan menjadi sumber pendapatan baru bagi Merdeka.

Untuk itu, Merdeka menggandeng Eternal Tsingshan Group Limited dan mendirikan PT Merdeka Tsingshan Indonesia (MTI) yang akan menjalankan dan mengoperasikan Proyek AIM, dengan komposisi saham 80 persen dimiliki Merdeka dan 20 persen oleh Tsingshan.

MTI akan didirikan di kompleks industri di Morowali, yang terdiri atas berbagai pabrik yang akan menjadi konsumen dari sebagian besar kandungan mineral yang diekstrak MTI. Dengan begitu, kehadiran MTI akan menambah rantai produksi di Wetar. BKP yang menambang dan menghasilkan ekstrak tembaga, sementara hasilnya kemudian diproses menjadi lempengan tembaga oleh BTR. Sementara sisa ore dari pelindian di BKP akan diangkut oleh MTI untuk diproses dan hasilnya dijual ke pabrik-pabrik yang masih satu kompleks dengan MTI.

Saat ini, Merdeka sedang mengurus perizinan pendirian pabrik MTI, juga mendirikan pelabuhan khusus untuk mengangkut ore dari pelindian BTR ke MTI. Rencananya, konstruksi pabrik MTI akan dimulai pada kuartal kedua 2021. MTI ditargetkan dapat memulai produksi pada kuartal keempat 2022.

“Investasi Merdeka untuk proyek AIM sekitar 300 juta dolar Amerika selama dua tahun, dengan 100 juta dolar akan dijalankan pada 2021. Produk AIM yang akan dikomersilkan ialah asam sulfur dan uap dengan ekspektasi pendapatan mencapai 170 juta dolar Amerika  per tahun selama lebih dari 20 tahun,” ujar Albert Saputro, Presiden Direktur Merdeka.

Sementara itu, perundingan antara Merdeka dengan J Resource terkait berlangsungnya rencana tambang emas di Pani masih berlangsung. Jika berjalan lancar, Proyek Pani diproyeksikan dapat memproduksi lebih dari 250.000 ounce emas per tahun selama 15 tahun.


Albert Saputro meyakini bahwa Grup Merdeka akan menjalani transisi penting dalam sepuluh tahun mendatang menjadi perusahaan yang lebih besar demi mendukung berbagai perkembangan baru operasi dan proyek di masa depan, dengan usia operasi yang lebih panjang. Ia juga membayangkan Merdeka dapat selalu menjadi pilihan bagi siapa pun yang ingin bekerja sama dalam proyek tambang mineral. “Saya ingin kita menjadi partner of choice.”

Dua tahun terakhir, Grup Merdeka memang tak pernah sepi dari tantangan. Namun, dengan segera rampungnya perbaikan pelataran pelindian dan pembangunan tempat penampungan cairan lindian baru di BSI, potensi produksi proyek underground BSI, serta dimulainya konstruksi proyek AIM di Morowali, Albert optimis dengan masa depan Merdeka. Menurut Albert, kunci menuju visi itu adalah dengan terus menjadi profesional dan setiap orang harus akuntabel. “Keduanya adalah cerminan respek,” kata Albert.

By using our website, you hereby consent to our Disclaimer and agree to all of its terms.